Renungan: Menemukan Kebangkitan dalam Hidup sehari-hari
Pada hari Rabu Abu menjelang Tri Hari Suci, di tahun terakhir perang dunia kedua. Saya melihat seorang Ibu berlutut di depan patung Maria. Air matanya bercucuran membasahi wajahnya. Saya berbisik, "Ada masalah apa?". Dia menghembuskan nafas, memasukkan tangannya ke dalam saku yang hitam dan menarik secarik kertas telegram yang kusut. Kemudian, dia benar-benar terisak, " Saya mendapatkan ini baru dua jam yang lalu". Bunyinya: "Jawatan peperangan dengan menyesal memberi tahu bahwa anak anda telah hilang dalam pertempuran."
Hal yang bias saya lakukan adalah mengucapkan penghiburan yang terbata-bata dan menjanjikan doa yang sungguh-sungguh mendalam. Pagi berikutnya, Kamis putih saya melihat Ibu itu berlutut dihadapan altar yang dihiasi. Wajahnya tampak lebih sedih lagi dan nampak telah menjadi semakin tua hanya dlam waktu satu malam saja. Dia seperti halnya Tuhan kita, sedang berada dalaqm taman penderitaan.
Pada hari jumat Agung saya melihat dia duduk di kursi depan, sambil memandang altar yang kosong dengan salib yang sudah tertutup ungu. Dia seperti Maria yang sedang duduk di bawah kayu salib. Saat itu sungguh merupakan Jumat Agung bagi jiwanya.
Tapi kemudian keesokan harinya, Sabtu Paskah, sebelum kami merayakan upacara Paskah, dia dating dan memberitahu saya suatu kabar yang menggembirakan. Wanita itu sudah lain sama sekali. Ia adalah wanita baru dengan telegram yang barui. Puteranya selamat, kenddatipun menjadi tawanan perang. Dia tidak langsung memberitahu saya, dia tidak dapat berbicara, hanya memberikan telegram itu kepada saya. Dia menangis lagi, tetapi air matanya sekarang membentuk pelangi kegembiraan. Ketika Ia pergi, saya mengucapkan Selamat Paskah…!, tetapi dari senymnya yag memancar pada wajah keibuannya, saya tahu bahwa Dia mengerti arti Paskah melebihi apa yang saya ketahui. Bukankah ini kebangkitan bagi Puteranya?
Kisah yang diceritakan oleha Pastor Anton (dalam Frank Mihalic, SVD, hal 47) ini mengajak kita untuk menemukan 'pengalaman Paskah, pengalaman kebangkitan' dalam kehidupan kita masing-masing. Maka pengalaman kebangkitan yang nyata kita alami dalam hidup pribadi, keluarga, lingkungan, wilayah, paroki dan masyasrakat kita.
Mungkin banyak perkara yangkita hadapi dan tak kunjung selesai. Tidak jarang dalam hati muncul pertanyaan: Mengapa Tuhan begitu tega kepada diriku? Seakan-akan aku ini sudah jatuh dan tertimpa tangga tetapi tiada pertolongan. Namun pengalaman Yesus yang jatuh sampai yang ketiga kalinya dalam jalan salibNya memberi gambaran bahwa masih ada kesempatan untuk berharap dan harapan itu tdak pupus oleh dosa. Yesus yang kuat dan tegar pun jatuh, apalagi aku yang lemah dan mudah patah. Maka teladan itu sungguh menguatkan aku utnutk "bangkit" dari keputusasaan, tidak menyerah pada keadaan. Aku akan berusaha untuk membangun kehidupan dengan lebih baik. Itulah sinar kasih Tuhan yang menuntun aku untuk tetap bertahan.
Perayaan Paskah bukan sekedar pengenangan peristiwa masa lampau tetapi sungguh kita alami, sekarang dan disini. SELAMAT PASKA..!
Kembali ke Berkat